Tuesday, April 6, 2010

Malam Sedekah

Kalau bilang ini kebetulan, aku kok terasa kurang mantab dalam beriman ya....
Hari Jumat malam kira-kira pukul 22.30, ketika hampir semua kios bensin jalanan tutup, motor yang kunaiki mbleret dan mati di jalan. Tak ayal lagi, pasti bensin. Bener.
Aku berhenti di daerah minomartani, kurang lebih 2 kilolmeter lagi sebelum rumah.

Aku hanya tertegun sambil celingukan melihat kanan kiri kali-kali ada kios bensin yang masih buka. Hmmm bukannya aku menunda-nunda untuk beli bensin tadi sekitar 5 menit sebelum sampai tempat ini. POM bensin di gejayan yang cukup besar pun sudah lah tutup. Astaghfirullah.... hanya itu yang kuucap. lalu aku mulai berbalik arah menuju arah kedatanganku. Sembari berharap ada kios bensin gokil yang masih buka.

Karena jalannya turun, aku terbantu dengan gravitasi. Sampailah aku pada sekumpulan pemuda malam yang sedang bersiap begadang. Wajah mereka tidak boleh dikatakan rapi, malahan cenderung seram. Rambut gondrong, kaos gelap dan wajah yang kurang ramah menyambutku. Kutarik nafas, dan mulai mengingat aku tak bawa barang atau uang yang cukup berharga...kuberanikan menyapa mereka, dan bertanya.

Maaf Mas, kios bensin yang terdekat mana ya? Mereka semua melihatku tajam....
Tak dinyana, tak disangka, bukan sulap ataupun sihir...merekah senyum dari salah satu pemuda yang berkepala botak. "Oh, di sana Mas, agak jauh tapi." Lalu ia memberi kode pada temannya yang baru saja datang naik sepeda motor. "Antar..."

Subhanallah, pemuda berambut gondrong itu kemudian mendorong motorku dengan kakinya menumpu pada port step. didorongnya motorku, teruus....sampai jauh. Ada sedikit kekhawatiran di dadaku, "Kalo aku dirampok di jalan bagaimana??" Tapi detik hening yang berjalan menjawab kekhawatiran dan prasangkaku dengan kekecewaan. Orang ini tenang dan tulus. Ia malah bertanya darimana asalku, kujawab,"Krapyak, wedomartani."

"Wah, tetangga...aku dari Bakungan", ucapnya sambil tersenyum.
Diantarnya aku sampai Terminal condongcatur, alhamdulillah masih ada kios bensin yang buka. Pemuda itu lalu berbalik dan bilang, "Sudah ya Mas..." Eit, kukejar segera dia, kugenggamkan selembar sepuluh ribuan untuk bantuannya. "Nggak usah mas, kan tetangga."

Subhanallah, benar, kita tidak bisa menilai seseorang hanya dari penampilannya saja. Semoga malam ini menjadi sedekah. Baginya dan bagiku. Alhamdulillah

1 comment: